Pages

Sabtu, 24 November 2012

sejarah berciuman dan definisinya


“romantic love can become long-term “if you kiss the right person”, Kata Helen Fisher, seorang ahli biologi evolusioner, yang banyak melakukan penelitian tentang cinta. Ya.. Ciuman bukan hanya sebuah ciuman dan berciuman adalah sesuatu hal yang penting dalam menentukan hubungan yang romantis untuk jangka waktu yang lama.

***

Perilaku berciuman telah mengalami evolusi yang demikian panjang dalam sejarah mahkluk hidup. Meskipun masih bersifat hipotesis, para ahli menduga bahwa berciuman adalah hasil evolusi perilaku primata. Perubahan perilaku itu pada akhirnya menjadi sebuah kebiasaan yang terus dipertahankan hingga saat ini. Dan, manusialah yang paling banyak mempraktikkan perilaku berciuman. Saat ini, hampir  90% manusia berciuman. Namun, ciuman memiliki makna yang berbeda-beda bergantung pada pelaku dan konteks.

Ada perbedaan antara ciuman seorang ibu pada anak dan seorang pria pada pasangan wanitanya. Dalam konteks cinta, Helen Fisher menyatakan bahwa berciuman setidaknya memiliki 3 peran, antara lain: dorongan seksual, cinta romantis dan keterikatan. Selain itu, ada pula perbedaan orientasi antara wanita dan pria ketika berciuman. Bagi seorang pria, ciuman adalah langkah awal menuju hubungan seks, tetapi bagi seorang wanita, berciuman adalah proses penilaian terhadap pasangan. Berikut akan saya uraikan konsep cinta dari berbagai sudut pandang berdasarkan literatur yang didapatkan. Sebelum membaca bagian-bagian selanjutnya, konsep berciuman dalam tulisan ini berada dalam konteks cinta.


Sejarah Berciuman

Dalam tulisan ini, sejarah berciuman merujuk pada informasi yang ditemukan Sheril Kirshenbaum. Sebenarnya, buku terbaru Sheril mungkin dapat memberi informasi yang lebih akurat tentang sejarah berciuman tetapi akses langsung atas buku itu masih sangat sulit. Informasi sejarah berciuman dalam tulisan ini juga merujuk pada Sheril tetapi diambil dari website pribadinya, yang mungkin saja tidak terlalu rinci.

Dalam  tulisannya,  Sheril Kirshenbaum menelusuri sejarah perilaku berciuman yang muncul pada 1500 SM. Indikasi tentang keberadaan berciuman ditemukan Sheril pada teks-teks Veda Sansekerta dari India. Dalam kajian itu, hanya terlihat aktivitas yang mirip dengan berciuman. Meskipun tidak menemukan kata “cium” tetapi ada kata-kata yang bisa menggambarkan perilaku berciuman, misalnya “licking” yang berarti menjilat dan “drinking moisture of the lips”.

Pada abad ketiga, teks-teks Kamasutra Vatsyayana (lebih dikenal sebagai Kama Sutra), sudah menggambarkan cara berciuman dengan kekasih. Sheril pada akhirnya berkesimpulan bahwa masyarakat India sudah mempraktikan berciuman sudah sejak ribuan tahun yang lalu.

Tapi India, bukanlah satu-satunya. Ada pula sejarah tentang perilaku berciuman yang ditemukan Sheril pada masyarakat di Babilonia. Pada abad 7 SM, cerita Enuma dari Babilonia yang tertulis pada batu juga sudah menceritakan tentang berciuman. Yang lebih terkenal adalah cerita di dalam Perjanjian Lama yang diperkirakan terkumpul selama 12 abad sebelum kelahiran Yesus juga sudah menceritakan tentang berciuman. Yakub mencium ayahnya yang buta untuk mencuri berkat Ishak. Kitab Kidung Agung, bahkan sudah menceriterakan ciuman-ciuman yang sensual.”Biarkan dia menciumku dengan ciuman mulutnya:. Karena cinta-Mu lebih baik daripada anggur”.

Dari Yunani kuno, tradisi lisan yang menceritakan tentang berciuman adalah epos Homer. Cerita ini baru dicatat antara abad 7 dan 8 SM. Odysseus yang dicium oleh budaknya setelah kembali ke rumah. Serta, Raja Priam yang mencium tangan Achilles untuk memohon kembalinya tubuh putranya yang meninggal. Berabad-abad kemudian, Herodotus menulis The Histories yang memuat tradisi berciuman di antara orang-orang Persia. Herodotus juga melaporkan bahwa orang-orang Mesir tidak akan mencium orang Yunani melalui mulut karena orang Yunani memakan hewan suci mereka, sapi.

Menyebarnya budaya berciuman, menurut Sheril, adalah peran dari bangsa Romawi. Kebiasan bangsa Romawi menaklukkan bangsa-bangsa lain dengan kekuatan militer akhirnya berimplikasi pada menyerbarnya budaya berciuman. Orang-orang Romawi mempraktikan perilaku berciuman dengan mulut. Namun, mereka juga selektif dalam menentukan siapa yang layak dicium. Ada ukuran-ukuran tertentu yang ditetapkan untuk proses seleksi itu.

Sepanjang Abad Pertengahan, ciuman menggambarkan kedudukan sosial seseorang. Seorang raja akan mencium cincin dan jubah, tangannya, atau bahkan tanah di depannya. Sama dengan orang yang mencium cincin dan sandal seorang Paus.

Ciuman ini juga berperan sebagai tanda kepercayaan antara pemimpin dan pengikut. Selama periode ini, banyak orang tidak tahu cara membaca dan menulis, sehingga ciuman itu digunakan sebagai cara hukum untuk membuat kontrak.  Selama masa revolusi Industri, mencium tangan menjadi populer di Inggris dan akhirnya berkembang menjadi berjabat tangan. Kemajuan globalisasi berciuman akhirnya merambah ke seluruh dunia. Pada tahun 1872, Charles Darwin berteori bahwa mengingat keragaman dan popularitas berciuman dan perilaku terkait dengannya di seluruh dunia, manusia harus memiliki keinginan bawaan untuk menghubungkan dengan cara ini. Ia menduga bahwa berciuman dimulai di masa lalu dalam proses evolusi dan dipengaruhi oleh norma-norma sosial dan adat- istiadat.

Rentetan sejarah perilaku berciuman di atas adalah hasil riset yang dilakukan Sheril Kirshenbaum yang menulis sebuah buku berjudul The Science of Kissing. Akses langsung pada buku itu masih sulit. Pembeliaan secara online melalui amazon.com juga terganjal dengan ukuran kantong saya. Rincian sejarah itu saya temukan pada penggalan-penggalan artikel Sheril pada website pribadinya. disini

Tentu saja, sebagai pembaca saya harus menaruh curiga atas validitas urutan sejarah itu. Boleh jadi, perilaku berciuman memang sudah ada sebelum manusia mengenal budaya tulis-menulis. Atau, penggalan sejarah yang diteruskan melalui tradisi lisan lebih dulu hilang sebelum bisa didokumentasikan dalam bentuk tulisan. Yang tertulis, mungkin saja adalah penggalan-penggalan cerita sejarah yang di dalamnya terdapat missing link yang tidak disadari. Tapi, berhubung saya belum melakukan riset-riset pustaka untuk memferivikasi data-data itu maka itu bisa diterima saja secara apriori.

Evolusi Berciuman

Secara evolusi, penjelasan memadai tentang mengapa manusia mulai berciuman, dengan saling menyentuhkan bibir masih bersifat konstruksi hipotetikal. Ilmu yang khusus mempelajari tentang berciuman, Philematology, menduga bahwa berciuman adalah hasil evolusi perilaku. Bahwa primata-primata sering mengunyah makanan dan meneruskan dengan mulut pada anak-anaknya adalah alasan evolutif yang diyakini sebagai penyebab munculnya kebiasaan berciuman. Sentuhan antara bibir seorang induk dengan anak pada akhirnya tidak hanya sebatas sarana untuk mempertahankan hidup, tetapi berevolusi menjadi penanda yang merujuk pada perasaan kasih sayang dan ekspresi cinta.

Berciuman dalam Konteks Cinta yang Romantis

Ketika berciuman, tanpa disadari bagian-bagian kecil di dalam tubuh kita begitu sibuk menerima dan mengolah informasi. Tentu saja, informasi itu datang dari molekul-molekul biologis dalam tubuh kita. Dalam konteks cinta romantis, berciuman boleh dikatakan adalah semacam sistem pertukaran informasi secara biologis tentang kompatibilitas pasangan. Ciuman dapat menjadi penanda bahwa seseorang memiliki potensi untuk menjadi pasangan dalam membangun hubungan jangka panjang (long-term relationship). Ketika kita secara emosional memiliki kedekatan dengan seseorang maka semua perhatian kita akan diarahkan padanya yang memungkinkan kita melakukan penilaian terhadap orang itu. Penilaian itu, salah satunya, datang dari informasi biologis yang dikirimkan bibir maupun indera penciuman kepada otak. Proses ini terjadi secara tanpa disadari.

Wanita Lebih Percaya Penciuman

Riset pertama yang membuktikkan bahwa indera penciuman juga menentukkan pilihan terhadap pasangan adalah yang dilakukan oleh Claud Wedekind, lebih dari saku dekade lalu. Dalam penelitiannya, Claud meminta para wanita yang dijadikan sampel untu menentukkan siapa pria terbaik yang bagi mereka dengan mencium T-shirt yang sebelumnya dipakai oleh pria.  Kemudian, DNA pada wanita dicocokan dengan DNA pria yang dipilih berdasarkan bau. Hasilnya, wanita tidak hanya memilih aroma tubuh pria secara acak, tetapi juga karena ada perbedaan MHC (major histocompatibility complex), serangkaian gen yang terlibat dalam sistim kekebalan. Dan, pencampuran atau rekombinasi MHC yang berbeda akan memberikkan keuntungan pada keturunan karena memiliki antibodi yang lebih kuat. Artinya, pilihan itu adalah pilihan atas dasar hasil dari pengenalan informasi genetik yang sesungguhnya tidak disadari ketika berciuman.

Apakah ini berarti wanita yang menggunakan ciuman sebagai instrumen penilaian terhadap seorang pria? Ya.. hasil itu pada akhirnya menyimpulkan bahwa berciuman dapat menjadi cara yang sangat halus bagi wanita untuk menilai kompatibilitas kekebalan pasangan, sebelum ia menghabiskan banyak waktu dan energi dalam dirinya. Dan, menjadi catatan penting  ciuman pertama yang buruk pada kencan pertama juga dapat berarti kurangnya chemistry. Bukti riset tentang itu datang dari Gordon Galup yang mengatakan bahwa 59% pria dan 66% wanita mengaku telah memutuskan hubungan awal mereka dengan pasangan karena ciuman yang buruk.

Bukti lain adalah yang dilakukan oleh peneliti dari University of Albany pada 1.041 mahasiswa. Penelitian itu menyimpulkan bahwa wanita menempatkan menganggap bahwa ciuman lebih penting dan kebanyakan mereka mengakui bahwa tidak akan pernah berhubungan seks tanpa ciuman pertama. Pria, di sisi lain, akan berhubungan seks tanpa lebih dulu berciuman, mereka juga akan berhubungan seks dengan seseorang yang tidak memberikan ciuman yang baik. Hal ini tentu saja masuk akal jika dilihat dari evolusi Darwinian, wanita adalah pemilih dan melakukan seleksi menuju proses kawin (mating). Pria juga lebih mungkin untuk memulai ciuman dengan french karena air liru mengandung testosteron yang dapat meningkatkan libido.

Proses Biologis Berciuman

Apa yang terjadi ketika berciuman? Sheril Kirshenbaum menulis bahwa sebuah ciuman yang romantis akan membuat jantung berdebar lebih cepat dan melebarkan pupil mata. Boleh jadi ini adalah bagian dari alasan mengapa kita menutup mata saat berciuman. Otak akan menerima lebih banyak oksigen dan pernapasan menjadi tidak teratur. Pada saat yang sama, terjadi peningkatan beberapa molekul. Antara lain, dopamin yang meningkatkan hasrat (desire). Serotonin akan mulai memicu sikap obsesif pada pasangan. Dan, oksitosin yang mempererat hubungan dan perhatian pada pasangan. Memang tidak semua ciuman yang baik akan berujung pada pernikahan, tetapi para ilmuwan mengatakan bahwa berciuman juga baik untuk kesehatan karena level kortisol menurun setelah berciuman.

***

Salah satu hal terbaik tentang berciuman adalah bahwa kita tidak harus berpikir tentang semuanya. Hanya menutup mata dan biarkan terjadi secara alam.

0 komentar:

Posting Komentar